-->

Hidup Terlalu Singkat Untuk Berpikir Kecil dan Berbuat Hal-Hal Kecil

Hidup Terlalu Singkat Untuk Berpikir Kecil dan Berbuat Hal-Hal KecilBritania raya selalu memberikan banyak pesona bagi seluruh dunia. Salah satu pesona tersebut dapat kita saksikan dalam seorang Benjamin Disraeli. Beliau pernah berkata bahwa “  Hidup Terlalu Singkat Untuk Berpikir Kecil dan Berbuat Hal-Hal Kecil ”. Perkataan yang bagi sebagian orang terlalu runyam.Tetapi, Saya justru mendapatkan sebuah motivasi lebih saat pertama kali membacanya didalam buku The Magic Of Think Big karya David J. Schwartz. Bagi saya perkataan Benjamin Disraeli merupakan kalimat singkat penuh makna dan sangat pantas dijadikan sebagai judul dalam kesempatan ini yang membahas tentang kunci kesuksesan seperti yang diminta oleh office99.

Kesuksesan berarti banyak hal yang mengagumkan dan bersifat positif. Kesuksesan berarti kesejahteraan pribadi; rumah yang bagus; liburan; perjalanan; pengalaman baru; jaminan keuangan untuk masa depan yang bersifat tidak pasti. Kesuksesan juga berarti memperoleh kehormatan; kepemimpinan; disegani; dan popular diantara kawan. Tetapi dari sekian banyak anggapan mengenai kesuksesan, kesuksesan bagi saya adalah kebebasan; kebebasan dari kekhawatiran; kebebasan dari frustasi dan kegagalan. Kesuksesan bagi saya juga mencakup rasa hormat kepada diri sendiri, terus menerus mendapatkan kebahagian yang rill serta mampu menjawab tantangan yang diberikan kepada saya.

Setiap manusia memiliki sifat alamiah untuk mencapai sebuah kesuksesan. Setiap manusia juga menginginkan yang terbaik dalam hidupnya.Karena kesuksesan merupakan tujuan hidup yang mulia, maka tidak akan ada manusia yang merasa senang dengan rasa inferior dan senang dipermainkan.

Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman saya yang beragama Nasrani. Dia pernah menceritakan sebuah ayat yang dia kutip dari Injil. Meskipun saya seorang muslim, tetapi selama itu tidak bertentangan dengan agama saya maka saya akan menerimanya. Dia berkata dalam suatu ayat di injil diceritakan bahwa dengan iman seseorang mampu memindahkan gunung. Keyakinan yang terkadang mengadah-ngadah bagi sebagian orang yang tidak punya “iman”. 

Barangkali sebagian diantara kita pasti berkata “Bullshit”yang nyata jika seseorang mampu memindahkan gunung hanya dengan kekuatan iman yang dia miliki. Apalagi jika hanya berkata “gunung berpindahlah”. Mereka yang pesismis dengan seperti itu telah mengelirukan sebuah kepercayaan/iman dengan angan-angan. Dan tentu memang benar, anda tidak akan mempu memindahkan sebuah gunung hanya dengan mengangan-angankanya. 
\
Dengan kata lain, anda tidak akan mencapai kesuksesan hanya dengan mengangan-angankannya saja. Anda tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang berharga di hidup anda ketika anda hanya mengangan-angankannya saja. Anda tidak akan menjadi seorang pemimpin (termasuk pemimpin dalam diri anda sendiri) dengan hanya mengangan-angankanya. 

Tetapi satu hal yang harus kita garis bawahi Bersama, bahwa dengan anda percaya dapat memindahkan gunung dengan kepercayaan yang nyata, anda sudah, menemukan cara terbaik untuk sukses dengan sebuah kenyakinan. 

   Kepercayaan berkerja sebagai berikut. Kepercayaan dengan anda mengambil sikap bahwa “saya positif saya dapat” akan membangkitkan kekuatan, keterampilan dan energi yang diperlukan seseorang untuk berhasil. Jika anda berpikir “saya dapat melakukannya” maka pertanyaan bagaimana saya akan melakukannya akan berkembang secara otomatis.

Sebagai ilustrasi di Indonesia menurut data BPS 2017, ada sebanyak 3 juta angkatan kerja baru. Setiap angkatan kerja tersebut “mengangankan” bahwa suatu hari mereka akan menikmati keberhasilan yang mengiringi mereka menuju puncak. Namun mayoritas anak muda tersebut tidak memiliki kekuatan kepercayaan yang cukup untuk mencapai jejangan tertinggi. Hasilnya sebagian dari mereka nyatanya tidak pernah mencapai puncak yang diimpikan. Ketika anda percaya bahwa anda tidak dapat mencapai puncak tertinggi, maka anda tidak akan mendapatkan/ menemukan anak tangga  menuju tingkatan tersebut. Sikap mereka adalah sikap orang “kebanyakan” 

Akan tetapi sebagian angkatan kerja tadi berani berpikir “out of box” dan mengumpulkan kepercayaan diri yang tinggi untuk mencapai tingkatan tertinggi tersebut.  Mereka mendekati pekerjaan dengan mendoktrin diri mereka “saya akan mencapai puncak”. Dengan kepercayaan itu mereka akhirnya mampu mencapai puncak tertinggi dalam karir mereka. Hal ini bukanlah mustahil, mereka belajar dan mengamati sikap orang-orang yang sudah berhasil. Jadi mereka belajar bagaimana orang-orang sukses mendekati masalah dan mengambil sebuah keputusan.

Dalam konteks perusahaan doktrinisasi dapat bersifat positif. seperti yang dilakukan oleh ofifice99. Dalam prakteknya, office99 membuat  slogan "Smart and Virtual office". Dengan slogan tersebut office99 mencoba berpikir "out of box".  

Cara melakukannya selalu muncul untuk bagi orang yang dapat mempercayai bahwa ia dapat melakukannya. Mungkin anda pernah berpikir”out of box” dalam melaksanakan perkerjaan. Dilain sisi teman anda justru  meremehkan jalan pikiran anda. Bahkan anda dapat disebut sebagai “crazy”.Anda tidak perlu gentar akan hal hal itu. Ingat bahwa perbedaan antara seorang jenius dan gila sangat tipis. Ketika teman anda tidak memahami akan kejeniusan cara berpikir “out of box”, maka anda akan di cap gila. Tetapi sebaliknya, ketika teman anda berhasil memahami jalan pikiran anda, meraka akan mencap anda sebagai seorang yang jenius.   

Di zaman modern ini kepercayaan mengerjakan hal-hal yang jauh lebih besar. Daripada memindahkan gunung. Unsur yang paling esensial didalam misi perjalanan luar angkasa adalah kepercayaan bahwa luar angkasa dapat ditaklukan. Banyangkan saja jika Neil Amstrong berpikir bahwa missi Apollo 11 pada zamannya merupakan misi bunuh diri. Maka dapat dipastikan bahwa neil amstrong tidak akan pernah menaklukkan bulan. Dalam dunia bisnis juga berlaku hukum yang sama. Bayangkan jika Mark Zuckerberg merasa bahwa mengembangkan facebook tidak ada gunanya. Hal ini sejalan dengan konsekuensi D.O dari kampusnya. Tentu generasi Milenial sekarang tidak akan bisa menikmati facebook.

Secara umum saya dapat mengumpulkan 3 (Tiga) alasan yang membuat orang banyak memakzulkan kepercayaan diri menjadi kegagalan diri. Adapun keempat alasan tersebut adalah sebagai berikut

1. Alasan bahwa kesehatan yang buruk.

Dengan dalih kesehatan dari hal yang paling remeh semisal “saya merasa kurang enak badan”, hingga yang lebih spesifik “ada yang tidak beres dengan diri saya”. Sering kali ducapkan sebagian orang demi memakzulkan kepercayaan dirinya.  Kesehatan yang “buruk” didalam bentuk yang berbeda, digunakan sebagai dalih untuk kekegagalan melakukan apa yang orang ingin lakukan, kegagalan menerima tanggungjawab yang lebih besar, hingga kegagalan menghasilkan uang yang lebih banyak. 

Jutaan ummat manusia sering berlindung dalam dalih kesehatan. Tetapi dalam sebagian besar kasus, patut dipertanyakan bahwa apakah dalih ini merupakan dalih yang sah ? Coba renungkan seseorang yang sangat sukses didunia bisnis, semisalnya Mark Zukerberg. Saat pertama kali mengembangkan Facebook, Zukerberg hanya memberikan 4 jam jatah tidur seminggu bagi tubuhnya. Jika ditengah jalan dia berdalih dirinya merasa kesehatannya memburuk  mungkin kita tidak akan pernah menikmati Facebook seperti saat sekarang ini. Sementara dilain sisi, Zukerberk akan menyesali dalih kesehatannya tersebut seumur hidupnya.

Seorang teman saya yang menjadi mahasiswa kedokteran di USU mengatakan bahwa tidak ada orang yang memiliki kesehatan yang sempurna. Ada sesuatu yang kurang beres dalam diri manusia. Banyak orang yang menyerah sepenuhnya atau sebahagian terhadap dalih/alasan kesehatan, tetapi orang yang berpikir sukses tidak akan menyerah pada hal seremeh itu. 

Kurang lengkap rasanya jika saya tidak memberikan vaksin untuk mencegah dalih kesehatan.  vaksin terbaik untuk mencegah dalih kesehatan dalam diri anda terdiri atas 4 dosis:

a. Jangan pernah berbicara tentang kesehatan anda. 

Semakin anda berbicara mengenai suatu penyakit, bahkan cuman pilek, semakin buruk tampaknnya penyakit itu. Berbicara tentang cuaca buruk sama seperti menaburkan pupuk diatas rumput. Selain itu berbicara tentang kesehatan merupakan hal yang buruk. Kebiasaan ini akan membosankan orang lain. Kebiasaan ini akan menunjukkan anda sebagai egosetris dan “nyirnyir” orang yang berpikir untuk sukses mengahlahkan kecenderungan alami untuk berbicara tentang kesehatan mereka yang “buruk”.  Sebagian orang mungkin mendapat simpati, tetapi tidak mendapatkan respek dan loyalitas dengan menjadi pengeluh kronis.

b. Jangan khawatir tentang kesehatan anda. 

Dr. Walter Alvarez, pensiunan konsultan untuk Mayo clinic yang terkenal di dunia, belum lama ini menulis: “ saya selalu  meminta kepada orang-orang yang cemas untuk melatih kendali diri”. Statement ini dikeluarkan setelah melihat seorang pasiennya yang merasa bahwa dirinya mengidap kelainan di kantung empedu. Setelah 8x percobaan dengan bantuan sinar x-rai disimpulkan bahwa dirinya tidak mengalami kelainan di kantung empedu. Hingga dia berniat melakukan percobaan kesembilan kali menggunakan sinar x-rai. Beruntung Sr. Walter Alvarez dapat menghentikannya. Hingga keluarlah statement seperti diatas.

c. Bersyukurlah dengan tulus bahwa kesehatan anda baik.

Ada sebuah pepatah kuno yang berisi “saya merasa kasian kepada diri saya sendiri karena saya hanya mempunyai sepatu butut hingga saya bertemu dengan orang yang tidak memiliki kaki”. Daripada mengeluh tentang “perasaan tidak enak badan,” jauh lebih bijaksana ketika anda bersyukur dengan kesehatan anda sebagaimana mestinya. Hanya dengan bersyukur akan kesehatan yang anda miliki merupakan vaksinisasi yang manjur terhadap berkembangnya penyakit baru dan penyakit yang sesungguhnya.  

d. Sering-sering ingatkan diri anda. 

Mengambil sikap dengan mengatakan kepada diri anda sendiri bahwa “ lebih terhormat bekerja sampai sakit daripada sakit karena menganggur”. Dengan dokrtin tersebut akan membuat anda merasa bahwa diri anda berhak sakit jika karena bekerja keras. 

2. Alasan Bahwa Inteligensi Anda Kurang Baik

Alasan Bahwa Inteligensi Anda Kurang Baik
Dalih inteligensi atau “ saya kurang cerdas” adalah lazim. Sebenarnya dalih ini begitu lazim sehingga barangkali 95% orang disekeliling kita mengidapnya dalam berbagai tingkatan. Berbeda dengan dalih/alasan lain, orang yang menderita jenis penyakit khusus ini justru menderita dalam diamnya, tidak banyak orang yang mengakuinya secara terbuka bahwa mereka kurang cerdas. Mereka justru lebih suka memendamnya jauh didalam lubuk hatinya.

Kebanyakan dari kita membuat dua kesahalan yang sangat fundamental sehubungan dengan inteligensi, yaitu :
1. Kita merehmehkan kekuatan otak kita, dan
2. Kita terlalu menanggap hebat kekuatan otak orang lain.

Karena kedua alasan tersebut banyak orang yang meremehkan harga dirinya sendiri. Mereka gagal mengahdapi situasi yang menantang karena merasa untuk itu “diperlukan diperlukan otak yang jenius”. Akan tetapi, orang yang tidak peduli dengan kemampuan intelegensi datang, dan “Bingo” dia mendapatka pekerjaan tersebut. 

Yang terpenting sekarang bukanlah seberapa banyak intelegensi yang anda punya, tatapi bagaimana anda menggunakan apa yang benar-benar anda punyai. Pikiran yang memandu intelegensi jauh lebih penting dibandingkan kuantitas otak anda. 

Dengan sikap positif, optimistis dan koorporatif seseorang dengan IQ 100 akan bisa mendapatkan pengahasilan yang lebih besar serta respek dibandingkan orang negative, pesimistis dan tidak koorporatif dengan IQ 200

Jika anda memiliki cukup ketekunan untuk bertahan pada sesuatu hingga selesai. Anda akan lebih baik daripada orang-orang yang intelegensinya menanggur, walaupun kadang intelegensinya mendekati jenius. Hal ini selaras dengan perkataan dosen saya yang berkata “ketekutanan adalah 95% dari kemampuan”. 

Sewaktu SMA dulu banyak dari teman saya yang tersendat untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Alasannya bukan karena financial, tetapi mereka terlalu mengecilkan kemampuan intelengensinya. Awalnya dia terobsesi untuk menjadi dokter. Tetapi dengan statistic yang menunjukkan bahwa masuk falkultas kedokteran hampir mustahil. Akhirnya dia berdalih ke fakultas sastra. Saya berasumsi bahwa IQ dia berkisar diantara 150-160..Tetapi kejeniusannya  justru di arahkan untuk merasionalkan negative dari pemikirannya.

Setelah kuliah, kawan satu rumah (kosan) saya justru berhasil masuk fakultas kedokteran. Padahal secara matematis saya percaya bahwa IQ dia kurang dari 110. Dalam prakteknya dia menggiring intelegensinya kearah positif dan mendoktrin diri bahwa intelegensi bukanlah halangan.

Secara sederhana saya akan memberikan metode untuk menyembuhkan dalih intelegensi.

a. Jangan pernah remehkan intelegensi anda.

 Terkadang anda terlalu menanggap remeh intelegensi anda dan menganggap terlalu tinggi intelegensi orang lain. Berkonsentrasilah pada apa yang anda miliki. Temukan bakat unggul anda. Ingat, bukan berapa banyak intelegensi yang anda miliki, tetapi bagaimana menggunakan intelegensi tersebut. Lebih bijaksana jika kita memfasilitasi otak kita dengan pikiran positif daripada khwatir dengan kemampuan IQ anda.

b. Ingatkan Diri Anda Setiap Hari

Setiap pagi anda mulailah bercermin. Katakana pada banyangan anda “Sikap saya lebih penting daripada intelegensi saya”. Ditempat kerja dan rumah, praktekkan sikap positif anda. Lihatlah alas an anda untuk sukses bukan mencari alas an mengapa anda gagal. Kembangkan sikap “saya menang”. Manfaatkan segala pikiran anda untuk pemakaian positif yang kreatif.

c. berpikir jauh lebih bernilai daripada kemampuan mengingat fakta

Gunakan pemikiran anda untuk menciptakan ide dan gagasan brilian. Mencari cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan anda. Tanya diri anda “apakah saya menggunakan kemampuan mental saya untuk membuat sejarah, atau saya hanya menggunakannya untuk merekam setiap sejarah yang orang lain buat”. 

3.Tidak Ada Gunanya, Saya Berpikir Terlalu Tua

Tidak Ada Gunanya, Saya Berpikir Terlalu Tua
Dalih usia, merupakan penyakit kegagalan karena tidap pernah merasa pada usia yang tepat. Sering kali muncul dalam dua variasi, yaitu : “saya terlalu tua” dan “saya terlalu muda”. Anda pasti pernah mendengar ratusan orang dari segala usia menjelaskan prestasi mereka yang sedang-sedang saja dalam hidup mereka. Kalimat yang sering terlontar biasanya “Saya terlalu tua (saya terlalu muda) untuk melakukan trobosan sekarang. Saya tidak dapat mengerjakan apa yang ingin saya kerjakan  atau mampu saya kerjakan, karena factor usia.

Mengherankan sekali dan sangat patut disayangkan bahwa hanya sedikit orang yang merasa dirinya berada dalam “Usia yang pas”. Dalih ini menutup pintu bagi peluang yang sebenarnya bagi ribuan orang. Mereka mengira usia mereka salah, sehingga bahkan mereka tidak berniat untuk mencoba.

Variasi “saya terlalu tua” adalah bentuk paling lazim dari dalih usia. Penyakit ini menyebar secara massif. Di Amerika Serikat, drama dan artikel majalah tentang topik “Mengapa anda terlalu tua untuk umur 40 tahun?”, bukan karena menggambarkan kenyataan sebenarnya. Tetapi karena banyaknya orang yang berniat membacanya. Hal ini dikarenakan banyak orang yang mencoba beralih ke dalih usia untuk menyakini bahwa dirinya akan gagal.

Ringkasnya obat untuk dalih usia dapat saya rumuskan sebaga berikut:

a. Lihatlah usia anda sekarang secara positif. 

Berpikirlah “saya masih muda” bukan “saya sudah tua”. Berlatihlah memandang kedepan kecakrawala baru , dapatkan antusiasme serta perasaan muda. dengan demikian anda akan memiliki kekuatan untuk meniti karir yang lebih sukses. 

b. Hitung waktu produktif anda.

Hitunglah seberapa banyak waktu produktif yang anda miliki. Menurut WHO bahwa masa-masa produktif adalah umur 20 tahun sampai 70 tahun. Ingat, usia 30 tahun berarti masih memiliki 80% kehidupan produktif yang dimiliki. Usia 50 tahun berarti masih ada 40% dari tahun tahun yang penuh peluang. Hidup sebenarnya lebih panjang dari yang orang banyak bayangkan.

c. Investasikan masa depan anda.

Investasikan waktu anda untuk mengerjakan apa yang benar-benar ingin anda kerjakan. Terlalu terlambat jika anda membiarkan pikiran anda bisifat negative dan berpikir bahwa segala sesuatunya terlambat. Berhentilah berpikir “saya seharusnya memulainya sejak bertahun-tahun yang lalu”. Itulah adalah ciri-ciri orang gagal. Sebaliknya berpikirlah “tidak ada kata terlambat untuk ini”. Dengan demikian anda akan mendapatkan intuisi baru dalam mengerjakan hal-hal produktif.



Sumber referensi
Schwartz, David J. (2007) Berpikir dan Berjiwa Besar, Batam, Binarupa Aksara.
Kasali, Rhenald ( 2005), Change, Jakarta, Gramedia.

Sumber gambar:
http://mbagyo.blogspot.com/2012/04/inspirasi-untuk-terus-belajar.html
https://www.nyingspot.com/2018/02/cara-menghitung-umur-menggunakan-php/
https://www.pathwaysneuropsychology.com/iq-test-broken/
https://www.naoncing.com/2018/02/kata-kata-mutiara-kehidupan.html

hastag :
#office99

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel